“Sesurga Bersamamu” Oleh: Nurul Azizah Samar-samar terdengar kabar dari sang senja, temaram rupanya memekatkan luka dilulung hati. Dia jauh entah dimana dibawa cahaya menjauh. bagaimana cara ku jelaskan pada hati nan parau ini, Laksana hilang harapan bersama nya. dalam dunia kenyataan penuh dengan keentahan. ` Samar-samar terdengar kabar dari sang gemuruh, suaranya menakutkan untuk kehilangannya. Begitukah aku? Rumput-rumput di sana ingin aku bertanya, dimanakah dia? Dimanakah wajah manis teduh nya? Lalu muncul rasa ketidakraban ku, bahwa aku penuh dengan kehilangan. Malam kelam itu masih segar menjadi memori paling menakutkan, mencabik-cabik setiap sisi kehidupan ku abadi bersama kemurungan ini. Bagaimana mungkin aku harus berdiri di sini menerima takdir, bahwa nama nya telah terukir pada nisan kayu itu. Sebuah nama dengan pemilik nya, yang slalu aku rindukan, Haruskah aku mencari cara menanamkan percaya dalam hati ini. Suatu keharus...
Aku dan Negeriku Oleh : Nurul Azizah Kumpulan orang-orang yang diam-diam menggerogoti tiang-tiang bangunan yang indah itu, bahkan mereka pun enggan untuk membangun nya kembali apalagi menambahnya. Mereka asik dengan dirinya yang tak mau kalah dari teknologi. Mereka gunakan jabatan nya untuk makan roti yang keluar dari panggangan yang seharusya itu bukan di suguhkan untuk nya. Tetapi ia rela memakannya dengan cara menyamar mengenakan jas dan dasi sehingga orang-orang akan yakin bahwa roti itu adalah milik nya dan makhluk lemah akan suara hanya bisa diam tak berkutik karena mereka di kecam jika tak mau memberi roti itu. Apakah seperti itu negeri ku ini ? Para pejabat yang duduk di kursi panas menjadi dingin karena di alasi dengan segudang uang yang entah dari mana ia peroleh dan dengan cara apa. Sebagai seorang pelajar yang masih dangkal pemikirannya, aku berusaha berusaha keras untuk mengkritik mereka lewat apapun, berharap mereka mau mendengarkannya dan jernih pemikirannya ...