Aku dan Negeriku
Oleh : Nurul Azizah
Kumpulan orang-orang yang diam-diam
menggerogoti tiang-tiang bangunan yang indah itu, bahkan mereka pun enggan
untuk membangun nya kembali apalagi menambahnya. Mereka asik dengan dirinya
yang tak mau kalah dari teknologi. Mereka gunakan jabatan nya untuk makan roti
yang keluar dari panggangan yang seharusya itu bukan di suguhkan untuk nya.
Tetapi ia rela memakannya dengan cara menyamar mengenakan jas dan dasi sehingga
orang-orang akan yakin bahwa roti itu adalah milik nya dan makhluk lemah akan
suara hanya bisa diam tak berkutik karena mereka di kecam jika tak mau memberi
roti itu.
Apakah seperti itu negeri ku ini ? Para
pejabat yang duduk di kursi panas menjadi dingin karena di alasi dengan
segudang uang yang entah dari mana ia peroleh dan dengan cara apa. Sebagai
seorang pelajar yang masih dangkal pemikirannya, aku berusaha berusaha keras
untuk mengkritik mereka lewat apapun, berharap mereka mau mendengarkannya dan
jernih pemikirannya untuk membantu orang lemah seperti aku dan yang lainnya.
Apa daya kritikan ku, jangan kritikan dari ku, kritikan langsung oleh para
orang yang kuat kedudukannya pun dianggap debu yang menggeilitik di telinga
mereka, dan mereka akan menyentil nya dengan jari kelingking mereka agar
tercampak jauh entah di mana.
Pemikiran ku semakin kacau dan
berputar-putar tak terarah. Karena aku tak habis pikir dengan mereka si tikus
pencuri bertopeng jas dan dasi.
Awal mereka menginginkan duduk di kursi
panas membahas politik yang lama kelamaan akan menyebar virus haus akan
kekuasaan, semua rangkaian kalimat manis yang mereka sampaikan sebagai sihir
pemikat para rakyat yang tak tahu menahu apa yang di rencanakan oleh mereka.
Sehingga rakyat pun tergoda dengan bisikan manis dan masuk ke dalam perangkap
dengan sampul penuh kebohongan. Jika uang dan rasa aman yang di berikan oleh
mereka, siapa yang tak tergoda dan mau mengikuti ucapan manis nya, dan lebih
akrab di sebut “janji manis”. Itulah
yang berkembang dan beranak pinak di selubung dan lubang-lubang kecil di
pertiwi ini.
Ingin rasa nya aku membuat racun tikus
dengan menggunakan reaksi kimia kehidupan di otak ku untuk membasmi tikus-tikus
berdasi itu yang di otaknya hanya mencuri yang bukan hak nya dan masuk kelubang
tempat persembunyian jika bahaya datang. Ingin pula rasa nya aku menjadi kucing
seukuran gajah, sehingga aku bebas memangsa dan melenyapkan tikus-tikus tengil
itu.
Bagaimanakah kelanjutan negeri ku ini,
jika setiap waktu akan lahir tikus-tikus mungil dan akan tumbuh menjadi tikus
yang siap mencuri lebih banyak lagi. Akibat dari curian tikus-tikus tengil itu,
negeri ku kian merugi dan hutang pun kian menyebar di seluruh penjuru dunia.
Akan kah tangan para rakyat-rakyat negeri ini sanggup menembusnya dan
menggugurkan bunga yang kian bertambah di tiap tahunnya.
Namun takdir negeri ku kini muncul
perubahan, sejak peristiwa pemilihan kepala negara beberapa bulan silam, negeri
ini melahirkan sosok pemimpin dengan kesederhaan penampilan nya dan tampil
elegan di berbagai event. Pemimpin tersebut telah membawa kebahagian untuk
kami, walaupun hanya segelintir kalangan saja. Akan tetapi aku tetap bersyukur
pemimpin tersebut secara perlahan membantu ku membasmi tikus tengil itu
meskipun aku tau, ini juga adalah salah satu politik yang kejam.
Namun tak ada salah nya aku mensyukuri semua
ini. Walaupun yang dilakukan nya belum sepenuh nya membalas rasa kesal ku
terhadap tikus berdasi yang memimpin
negeri ku selama tiga puluh dua tahun, membuat negeri ku bengkak akan hutang
dan memperoleh julukan negeri kaya akan hutang. Tindakan yang ia lakukan sebagai menjalankan tugasnya
juga menimbulkan banyak kontraversi di berbagai kalangan. Sampai kapan kah
negeri ku ini akan selalu hadir kontraversi yang memecah rasa persatuan.
Padahal persatuan tercantum dalam pancasila sebagai ideologi negeri ini di sila
ke tiga. Sampai kapan pula tikus-tikus itu tetap bertahan dan terus mencuri yang bukan hak nya.
Merindukan kedamaian di setiap permainan
politik negeri ini.
Comments
Post a Comment