Di Balik Kembang Kamboja
Oleh: N.A
Kuntet adalah panggilan yang tepat menurut Arif,
untuk memanggil Tono sahabat karib nya dengan sebutan itu. Karena Tono memiliki
tubuh yang kecil dan tinggi badan yang cukup mengkhawatirkan untuk masuk satuan
polisi. Namun Tono tidak pernah merasa tersinggung dengan panggilan itu, maklum
Tono adalah tipe orang yang humoris dan tidak mudah tersinggung.
Terdengar suara dering bel yang
memecahkan keheningan kelas sekaligus suara yang di tunggu-tunggu anak-anak di
kelas termasuk Arif dan kuntet sebagai sahabat sehati yang dari tadi menguap
membahas pelajaran bahasa aneh menurut mereka di laboratorium bahasa. Bu guru
yang mengajar memberi perintah untuk memasukkan semua alat tulis dan juga
buku-buku yang masih berserakan di atas meja ke dalam tas.
“Rif,
kita jadi kan renang hari ini?” kata Tono pada Arif.
“Jadi,
dong, tapi kita langsung balik kerumah gue ya, ntar makan siang di rumah gue
aja”, jawab Arif yang sibuk membereskan
buku-buku yang betebaran di meja nya.
Terdengar suara ketua kelas menyiapkan para
teman-temannya untuk pulang sekolah, di sebelumnya berdo’a untuk keselamatan
jalan pulang sebagai rutinitas doa mereka. Setelah selesai menyiapkan kelas,
anak-anak berhamburan dan berebut untuk mendapatkan pintu keluar karena sudah
pusing dengan lab.bahasa semenjak jam pertama di mulai.
Tampak mondar-mandir si Kuntet yang dari tadi ngga
mau diam sambil ngomel-ngomel ngga jelas.
“Tet,
loe kenapa dari tadi mondar-mandir kayak cari duit jatuh aja? Ayo buruan geu
uda laper nih”
“Rif,
sepatu gue hilang, kayaknya ada yang ngumpetin atau jangan-jangan ada yang jual
lagi?”
“Ah,
elo Tet, mana ada kali yang mau jual sepatu loe, sepatu loe ngga ada
bagus-bagusnya tapaknya aja uda ngangap, tapi kok ada yang mau ngumpetin sepatu
elo, heran gue” kata Arif sambil becanda dengan sahabatnya itu.
“Uda
yuk, kita cari bareng-bareng biar cepet ketemu, gue juga uda laper nih”
jawab Tono.
Mereka pun pergi bersama-sama
mencari sepatu Tono yang hilang di laboratorium bahasa. Mereka menuju kelas dengan
harapan ada yang menyembunyikan sepatu Tono di sana, akan tetapi mereka tidak
menemukan sepatu Tono yang hilang, kemudian mereka kembali lagi ke laboratorium
bahasa. Tono jalan dengan cepat mendahului Arif karena sudah panik. Tiba-tiba
Tono berhenti dan berlari kembali menuju kelasnya dengan kencang.
“Tet,
elo kenapa kok balik lagi?” Tanya Arif pada Tono yang terlihat bertambah panik.
Karena penasaran Arif pun melihat apa sebenarnya
yang terjadi di lab bahasa, ternyata di sana ada tiga orang siswi salah satu
diantaranya adalah siswi yang di sukai Tono. Siswi itu namanya Minah anak
jurusan perbutikan di sekolah itu. Alasan Tono menyukai Minah adalah karena
Minah berpenampilan sederhana, memiliki bola mata kecoklatan dan hidung yang
mancung menembus hati Tono.
“Ooooo…
jadi karena ada si Minah maka nya si Kuntet lari balik ke kelas kayak orang di
kejer rentenir aja, aduh.. kuntet…kuntet… “
Arif pun menghampiri Tono di kelas yang muka nya
kuadrat panik.
“Ya
uda, Tet biar gue aja yang cari sepatu loe di lab bahasa”
Tiba-tiba terdengar suara Minah
memanggil Arif dari kejauhan .
“Arif,
coba deh kamu ke sini bentar”
“Ada
apa Minah?” Tanya Arif penasaran.
“Ini
sepatu siapa? tadi aku nemuin nya di balik pot bunga kamboja ini”
“Alhamdulillah…akhirnya
ketemu juga ini sepatu” sambil menghela napas lega.
“Emang
ini sepatu punya siapa?” tanya Minah penasaran.
“Ini
sepatu si Kuntet yang dari tadi di cariin”
“Kuntet
itu siapa?” tanya Minah tambah penasaran.
“oohhh….
Kuntet itu si Tono temen satu kelas.
“Ooohh…
si Tono, nih sepatunya tolong balikin sama dia”
“Mending
loe aja yang kasih sama dia, biar seneng hatinya”
“Emang
kenapa, kalau gue yang balikin?” Minah jadi tambah bingung.
“Ngga
apa-apa” jawab Arif senyum-senyum lihat wajah Minah.
Minah pun pergi menemui Tono untuk mengembalikan
sepatu milik Tono yang hilang. Minah menuju ruang kelas Tono yang bersebrangan
dengan lab bahasa dan di lindungi dengan dua
ruang kelas anak mesin otomotif yang berderet.
“Tono,
ini sepatu kamu, tadi aku nemuin nya di balik pot bunga kamboja di depan lab
bahasa” kata Minah yang memberanikan diri untuk mengembalikan sepatu itu pada
pemiliknya.
Mendengar suara si Minah, Tono
terkejut dan bertambah panik seperti kompor gas meledak di dalam hatinya.
“Ooohhh…
iya Minah, maaakasih ya Minah” jawab Tono dengan suara gemetar.
Hanya
kalimat itulah yang mampu di ucapkan Tono yang sedang kebakaran hati nya.
Setelah Minah pergi meninggalkan
Tono, tiba-tiba terdengar suara Arif yang tertawa terbahak-bahak meilhat
sahabat nya itu panik tidak karuan karena pujaan hati nya yang menemukan sepatu
miliki nya yang hilang bak di telan bumi. Tono hanya menanggapinya dengan
senyum-senyum dan hati yang masih berdebar hebat seperti dentuman big bang.
Comments
Post a Comment