Harapan tulisan
nama di Lauhul Mahfuz
Oleh : Nurul Azizah
Begitu rahasia Allah mempertemukan aku
dengan seseorang yang belum pernah aku rencanakan di awal. Takdir Allah
benar-benar rahasia. Apa kah ini ujian atau petunjuk atau bahkan hanya sebuah
cerita fiksi belaka yang akan memudar seiring waktu berjalan. Tapi ada hal yang
masih sama aku rasakan dari awal hingga kini, aku sendiri pun tak tau apakah
ini benar-benar aku dan perasaan ku atau orang lain. Tetapi mengapa rasa itu
kian terang dan terus memekat seiring hari silih berganti. Benar apa yg engkau
sampaikan, waktu begitu singkat untuk melihat kaca mata berlensa dengan tangkai
nya berwarna hitam yang engkau miliki. Waktu juga begitu singkat untuk melihat
ciptaan Allah yang berbeda dari insan yang lainnya. Sejauh waktu yang telah
berjalan tanpa melihat kacamata milik mu, aku benar-benar seperti kehilangan
orang yang pertama kali membuat aku kagum dengan penampilannya.
Jika engkau mengetahui nya, salah satu
alasan aku menuliskan banyak cerita bahkan puisi yang ku karang, semua
terinspirasi dari semenjak aku tak melihat kacamata indah yang engkau kenakan
seperti biasanya. Aku menuliskan banyak cerita agar aku memilki kesibukan untuk
tidak terus-menerus memiliki harapan yang entah sampai di mana. Aku juga
menuliskan banyak cerita sebagai wadah untuk menutupi rasa ingin melihat mu
kembali. Ada sebuah do’a yang kuat seperti baja untuk engkau. Alangkah bahagia
jika do’a itu akan terkabul. Entah kapan akan terkabul? Satu tahun… dua tahun…
tiga tahun… entah lah aku lelah menghitungnya. Awalnya aku kurang menyukai
menulis, tetapi entah mengapa kini aku suka dengan tulisan.
Maaf, jika aku membuat waktu mu terbuang
menuliskan berbagai tulisan-tulisan untuk ku. Ketahuilah semua tulisan yang
engkau sampaikan adalah tulisan terbaik di daftar berbagai kumpulan hasil
tulisan di laptop ku.
Semua nya masih tersusun rapih.
Aku juga ingin meminta maaf apabila
tulisan ku seolah-olah memiliki makna bahwa engkau hanya memberi sebuah
“kalimat” dan “harapan”. Tetapi benar bahwa aku masih memiliki harapan.
Berjanji lah pada ibu untuk tidak menyakiti nya dan menyampingkannya.
Karena wanita pilihan mu akan merasakan
apa yang ibu rasakan terhadap sikap anak laki-laki nya sebagai tameng dalam
hidupnya. Tetap focus dengan impian yang telah di rangkai dan jauhkan aku jika
dengan ada nya aku menghambat semua impian yang menjadi sahabat mu kelak. Karena
untuk waktu yang berikutnya aku tidak memiliki kuasa dapat memegang teguh janji
ku, aku pun tak mengetahui apa yang tertulis di lauhul mahfuz tentang siapa imam
di sholat ku. Namun aku berharap yang tertulis adalah nama mu. Berjanji lah
untuk tetap terus menjadikan keimanan sebagai pondasi perjalanan hidup,
berteman lah dengan mereka yang menguatkan keimanan, bukan mereka melemahkan hati dan iman.
“Rembulan itu adalah nama sebutan engkau
untuk tulisan ku”
“Desember adalah harapan peneduh iman
ku”
Comments
Post a Comment